watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ADIK KEKASIHKU

Sebelum saya ceritakan kisah-kisah nyata yg
terjadi di hidupku, sebelumnya saya perkenalkan
dulu.
Saya lahir di Jakarta, keturunan cina, umur 28
thn, kerja disalah satu perusahaan swasta
sebagai auditor pembukuan dan keuangan, saya
ditugasi untuk mengawasi cabang denpasar, jadi
saya tinggal disana menempati rumah
kontrakan.
Suatu hari saya diberi kabar oleh pacar saya
(Wiwi umur 26) yg di Jakarta, bahwa dia mau
datang bersama adiknya (Irene umur 22).
Setelah kedatangannya, mereka menginap di
kontrakanku (kamar tamu).
Tetapi Wiwi tidak bisa lama, karena dia hanya
diberi ijin oleh kantornya 3 hari.
Selama 3 hari saya dan Wiwi selalu ngumpet-
ngumpet dari cicinya untuk bermesraan, dan
sialnya kita hanya bisa melakukan hubungan sex
1X (kami dulu telah biasa melakukannya sewaktu
saya tingal di Jakarta), karena kesempatan untuk
itu susah sekali.
Setelah Wiwi pulang, tinggal saya dan Irine yg
masih mau liburan di bali.
Pada hari minggu saya ajak dia jalan ke berbagai
tempat wisata, pulangnya dia langsung ingin
istirahat karena kelelahan. Karena saya belum
merasa ngantuk, saya ke ruangan tamu untuk
nonton tv, sedangkan dia masuk kamar tidur
tamu untuk istirahat.
Setelah acara yg saya sukai selesai, saya melihat
jam, ternyata sudah jam 1 pagi, tiba-tiba muncul
ide isengku untuk memasuki kamar tidur Irene,
dengan perlahan-lahan saya berjalan mendekati
pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci, saya
masuk dan melihat Irene telentang dengan kedua
lengan dan paha terbuka, saya langsung
mengambil tali plastik dan perlahan-lahan saya
melucuti pakaiannya semua, mungkin karena dia
terlalu lelah sehingga tidurnya sangat nyenyak
sampai tidak tahu apa yg sedang saya lakukan,
setelah semua pakaiannya kubuka, saya
langsung mengikat lengan dan kakinya ke sudut-
sudut ranjang.
Tiba-tiba dia terbangun, dan terkejut karena
tubuhnya telah telanjang polos dan terikat di
ranjang. "Ko lepasin saya", suaranya gemetaran
karena shock. "Cepat lepasin Ko!" Irene
mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras
suaranya. Tubuh telanjangnya telah mambiusku.
Aku segera mencopot celana dan celana
dalamku dengan cepat. "Ko!" Irene memekik.
"Mau ngapain kamu?" Irene terkesiap melihat
batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak.
Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku,
rasanya dingin bagai seonggok daging.
"Koko gila luu yah!" Aku merasakan sensasi aneh
melihat payudara dan liang kemaluan adik
pacarku ini. Jelas beda dengan waktu-waktu dulu
kalau mengintip dia ganti baju di kamarnya.
Sekarang aku melihatnya dengan cara yang
berbeda. "Koko, gua khan adik Wiwi!" Aku
menyentuh liang kemaluannya dengan
tanganku, lalu menjilatinya.
Setelah puas segera kuletakkan batang
kemaluanku di gerbang liang kemaluan Irene.
"Ko jangaaan!" dia memohon-mohon padaku.
"Diam.. cerewet!" aku menjawab dengan
sembarangan. Sekali batang kemaluanku
kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi
satu dengannya. "Iiiih... shiit!" dia mengumpat
tapi ada nada kegelian dari suaranya itu. Aku
menggoyangkan pinggangku secara liar hingga
batang kemaluanku mengocok-kocok liang
kemaluannnya. "Ahh... shiit! ah shiiit! Ko stop!"
Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan
ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku
jadinya.
Sambil memompa liang kemaluannya aku
menghisap puting-puting payudaranya yang
agak berwarna pink itu. "Mmmh.. udah jangan
Ko!" Irene masih berteriak-teriak memintaku
berhenti. "Lu diam aja jangan banyak
ngomong", ujarku cuek. "Ohh shiit!" ujarnya
mengumpat. Dia menatapku dengan tatapan
yang bercampur antara kemarahan dan kegelian
yang ditahan. Sejenak aku menghentikan
gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat
seperti ini. Dengan menggunakan cutter yang
tergeletak di meja samping ranjang aku
memotong tali yang mengikat kedua kakinya.
Begitu kedua kakinya terlepas dia sempat
berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi
telentang dengan tangan masih terikat. Belum
lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua
kakinya membuat dia hanya bisa meronta-ronta
dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil.
"Aaahh Ko stop dong... udah Ko.. gue khan adik
Wiwi", dia memohon lagi tapi kali ini suaranya
tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah
karena geli. Nafasnya pun mulai memburu. Aku
menjilati lehernya dia melengos ke kiri dan ke
kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu
menutupi rasa geli dan nikmat yang kuciptakan.
" Aduhh sshhh Ko udah dooong.. hhh.. sssh!"
suaranya memohon tapi makin terdengar
mendesah lirih. Kedua kakinya masih meronta
menendang-nendang tapi kian lemah dan
tendangannya bukan karena berontak melainkan
menahan rasa geli dan nikmat.
Aku menaikkan tempo dalam memompa
sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali
batang kemaluanku menusuk ke dalam liang
kemaluannya yang hangat berulir serta kian
basah oleh cairan kenikmatannya yang makin
membanjir itu. Kali ini suara nafas Irene kian
berat dan memburu, "Uh.. uh.. uhhffssh.. shiit
Kooo.. agh uufffssshhh u.. uhhh!" Wajahnya
semakin memerah, sesekali dia memejamkan
matanya sehingga kedua alisnya seperti
bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia
merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan
dariku. Pasti dia malu padaku. Liang
kemaluannya mulai mengeras seperti memijit
batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak
naik turun mengimbangi gerakan batang
kemaluanku keluar masuk liang kenikmatannya
yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik
"Gimana, lu mau udahan?" Aku menggodanya.
Sambil mengatur pernafasan dan dengan
ekspresi yang sengaja dibuat serius, dia berkata,
"I.. iiya.. udah.. han yah Ko", suaranya dibuat
setegas mungkin tapi matanya yang sudah
sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia
sudah sangat menikmati permainanku ini.
"Masa?" godaku lagi sambil tetap batang
kemaluanku memompa liang kemaluannya yang
semakin basah sampai mengeluarkan suara agak
berdecak-decak. "Bener nih lu mau udahan?"
godaku lagi. Tampak wajahnya yang merah
padam penuh dengan peluh, nafasnya berat
terasa menerpa wajahku. "Jawab dong, mau
udahan gak?" aku menggodanya lagi sambil
tetap menghujamkan batang kemaluanku ke
liang kemaluannya.
Sadar aku sudah berkali-kali bertanya itu, dia
dengan gugup berusaha menarik nafas panjang
dan menggigit bibir bagian bawahnya berusaha
mengendalikan nafasnya yang sudah ngos-
ngosan dan menjawab, "Mmm... iya.. hmmm."
Aku tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku
yang semakin cepat tadi. Ternyata gerakan
pantatnya tetap naik turun, tak sanggup
dihentikannya. Soalnya liang kemaluannya sudah
semakin berdenyut dan menggigit batang
kemaluanku. "Ehmmm!" Irene terkejut hingga
mengerang singkat tapi tubuhnya secara
otomatis tetap menagih dengan gerakan
pantatnya naik turun. Ketika aku bergerak seperti
menarik batang kemaluanku keluar dari liang
kemaluannya, secara refleks tanpa disadari
olehnya, kedua kakinya yang tadinya
menendang-nendang pelan, tiba-tiba disilangkan
sehingga melingkar di pinggangku seperti tidak
ingin batang kemaluanku lepas dari lubang
kemaluannya.
"Lho katanya udahan", kata-kataku membuat
Irene tidak mampu berpura-pura lagi.
Mukanya mendadak merah padam dan setengah
tersipu dia berbisik, "Ah shiiit Kooo... uhh...
uhhh.. swear enak banget... pleasee dong
terusiiin yeeass!" belum selesai ia berkata aku
langsung kembali menggenjotnya sehingga ia
langsung melenguh panjang. Rupanya
perasaaan malunya telah ditelan kenikmatan
yang sengaja kuberikan kepadanya. "Ah iya..
iiiya.. di situ mmmhhh aaah!" tanpa sungkan-
sungkan lagi dia mengekspresikan
kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku
dan dia masih bertempur sengit. Tiga kali dia
orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat
kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi.
Spermaku menyemprot kencang sekali bertemu
dengan semburan-semburan cairan
kenikmatannya yang membanjir. Irine pasti
melihat wajahku yang menyeringai sambil
tersenyum puas. Senyum kemenangan.
Aku melepaskan ikatannya. Dia kemudian duduk
di atas kasur. Sesaat dia seperti berusaha
menyatukan pikirannya.
"Huuhh, kamu hebat banget sih Ko, sering yach
melakukan dengan Wiwi"
"Enggak juga koq!”
"Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin
juga jawabannya pasti sama"
“Keperawanan lu kapan diambil?” tanyaku
“Sewaktu pacarku ingin pergi ke Amerika untuk
kuliah, saya hadiahkan sebagai hadiah
perpisahan”
Kemudian dia bangkit dengan tubuh yg lemah
ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-
bersih Irene kembali lagi ke kamar.
Di depan pintu kamar mandi kusergap dia,
kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil
berdiri. "Aduh kok ganas banget sih Lu!" katanya
setengah membentak. Aku tidak mau tahu,
kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya
dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat
dalam-dalam. Setelah Irene mulai terdengar
lenguhannya, kugendong dia sambil pautan
penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke
meja, kuletakkan pantatnya di atas meja itu.
Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama
dengan dia sambil menikmati payudaranya.
Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis
menjelajah bukit di dadanya, dan seperti
biasanya, dia tekan belakang kepalaku ke
dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat
dan nikmat banget. "aahh.... ssshh.... oohh....
uuuuggghh.... mmhh", Irene terus meracau.
Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan
kusuruh Irene menungging. Sambil kedua
tangannya memegang bibir meja. Dalam
keadaan menungging begitu Irene kelihatan lebih
aduhai! Bongkahan pantatnya yang kuning dan
mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang
penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya.
Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai
mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan
sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi
ini Irene bisa lebih aktif memberikan perlawanan,
bahkan sangat sengit. "Aahh Kooo Akuuu
mmooo.. kkeeelluuarr lagggi..." racaunya. Irene
goyangannya menggila dan tidak lama tangan
kanannya menggapai ke belakang, dia tarik
pantatku supaya menusuk lebih keras lagi.
Kulayani dia, sementara aku sendiri memang
terasa sudah dekat. Irene mengerang dengan
sangat keras sambil menjepit penisku dengan
kedua pahanya. Saya tetap dengan aksiku.
Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai
mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh
tanganku di bawah payudaranya, dengan agak
kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas
dan kuremas dengan keras. "Eengghh....
oohh.... ohh.... aahh", tidak lama setelah itu
bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan
spermaku menyemprot lima kali di dalam.
Dengan gontai kuiring Irene kembali ke ranjang,
sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil
kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding
menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih
ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. "rine,
vagina dan permainan kamu ok banget!" pujiku.
"Makasih juga ya Ko, kamu juga hebat", suatu
pujian yang biasa kuterima!
Setelah itu kami saling berjanji untuk tidak
memberi tahu cici dan pacarnya yg sedang
kuliah di Amerika. Selanjutnya kami selalu
melakukannya setiap hari sampai dia pulang ke
Jakarta.


Adult | GO HOME | Exit
1/1213
U-ON

inc Powered by Xtgem.com